Steatorrhea adalah suatu kondisi di mana tinja mengandung begitu banyak lemak. Ini bisa menjadi indikasi bahwa tubuh tidak dapat menyerap nutrisi dengan baik. Selain lemak, feses idealnya mengandung air, serat, lendir, protein, garam, dan dinding sel bakteri. Kondisi penyerapan yang kurang optimal ini bisa terjadi karena ada kondisi medis lain yang memerlukan penanganan.
Gejala steatorea
Cukup mudah untuk mengenali keadaan tinja bagi penderita steatorrhea. Warnanya biasanya lebih pucat, ukurannya lebih besar dari biasanya, disertai bau yang menyengat.
Selain itu, kotoran jenis ini juga cenderung mengapung karena kandungan gas yang lebih tinggi. Ada juga lapisan minyak di tinja.
Penyebab steatorea
Terlalu banyak lemak dalam tinja mencegah sistem pencernaan memecah makanan secara optimal. Tubuh tidak menyerap porsi yang signifikan dari apa yang dimakannya, termasuk lemak. Beberapa penyebab kondisi ini antara lain:
Fibrosis Kistik
Fibrosis kistik adalah kondisi bawaan yang mempengaruhi kelenjar lendir dan keringat. Organ tubuh lain juga bisa terkena. Akibatnya, sistem pencernaan tidak dapat berfungsi secara maksimal, sehingga tinja mengandung terlalu banyak lemak.
Insufisiensi Pankreas Eksokrin
Juga dikenal sebagai insufisiensi pankreas eksokrin (EPI), ini adalah suatu kondisi di mana pankreas tidak menghasilkan enzim yang dibutuhkan sistem pencernaan untuk mencerna makanan.
Pada orang dengan insufisiensi pankreas eksokrin, sistem pencernaan menghilangkan lemak alih-alih menyerapnya. Ini biasanya terjadi ketika enzim pencernaan lemak di pankreas turun 5-10% dari tingkat normalnya.
Atresia Bilier
Arteri empedu adalah penyumbatan saluran yang membawa empedu dari hati ke kantong empedu. Akibatnya, empedu yang dipercaya dapat membantu pencernaan dan membuang produk limbah tidak berfungsi secara maksimal.
Manajemen steatorea
Jika tinja Anda terlihat tidak normal karena pucat, bau, dan berminyak, inilah saatnya untuk mencari tahu alasannya. Apalagi jika ada gejala malabsorpsi lainnya, seperti kram perut dan penurunan berat badan yang signifikan.
Dokter akan melakukan tes kualitatif untuk menghitung jumlah gumpalan lemak pada sampel tinja. Kemudian ada juga tes kuantitatif dengan mengambil sampel feses dalam jangka waktu 2-4 hari. Dari sana, ahli menghitung jumlah total lemak setiap hari.